Home » Motivation » Berikan Solusi, Bukan Memvonis

Berikan Solusi, Bukan Memvonis

Blog Stats

  • 2,305,384

PERLINDUNGAN HAK CIPTA

Lisensi Creative Commons

Adab Merujuk:
Boleh menyebarluaskan isi blog ini dengan menyebutkan alamat sumber, dan tidak mengubah makna isi serta tidak untuk tujuan komersial kecuali dengan seizin penulis.
=====
Plagiarisme adalah penyakit yang menggerogoti kehidupan intelektual kita bersama.

Follow me on Twitter

Bila Anda merasa blog ini bermanfaat, silakan masukkan alamat email Anda untuk selalu mendapat artikel terbaru yang dikirim melalui email.

Join 6,365 other subscribers
Bismillah …

Saya mengucapkan selamat kepada mbak Linda Handayani atas tulisannya yang berjudul: Hijab Style: Mitos baru dalam berjilbab di Indonesia, berhasil meraih JUARA 1 dalam “Writing Competition di Indonesian Muslimah Fest”. Tulisan tersebut bisa disimak di sini:
– langitshabrina.wordpress.com/2012/11/01/hijab-style-mitos-baru-dalam-berjilbab-di-indonesia-part-1/
– langitshabrina.wordpress.com/2012/11/01/581/

Dari kedua tulisan tersebut kita bisa belajar bagaimana menulis essay yang baik sekaligus belajar bagaimana menyampaikan dakwah dengan baik. Dalam berdakwah itu dibutuhkan kelenturan sikap.

Menurut penilaian saya, tulisan mbak Linda ini mulai dari bagian Pengantar, Pengembangan ide, hingga Kesimpulan, semuanya tersusun runtut dan menarik dibaca sehingga meninggalkan makna yang mengendap di benak saya selaku pembaca. Gagasannya yang disampaikan melalui paragraf demi paragraf mampu terhubung secara kompak, logis, dan menarik, maka pantaslah kalau menjadi menjadi juara.

mbak Linda mengawali tulisannya dengan menyampaikan fenomena tentang hijab style yang makin nge-trend saat ini, kemudian disusul dengan sebuah ajakan refleksi dalam bingkai optimisme sebagai berikut:

Hijab style mengakomodasi muslimah yang ingin berhijab tetap terlihat cantik dan sesuai dengan trend di dunia. Ini mengindikasikan bahwa gaya hijab sebelumnya yang dikenal sebagai jilbab konvensional tidak memunculkan keindahan dan kecantikan penggunanya. Oleh sebab itu, hijab style lahir. Kelahiran hijab style ini menjadi berita baik untuk perkembangan gerakan menutup aurat di Indonesia.

Pada bagian pengembangan ide, beliau menyuguhkan berbagai argumentasi, pergulatan pemikiran dan data yang dikemas dengan baik untuk membangun sebuah tulisan yang kuat. Beliau memaparkan pergulatan pemikiran mulai dari Dian Pelangi (pendiri Hijabers Community), Barthes (budayawan), hingga Amir Pilliang (filsuf dan budayawan); yang kemudian merefleksikan dengan aturan detail yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadits .

Sebelum penutup, pembaca diajak untuk melakukan refleksi sebagai berikut:

Ruang transendental yang kosong menjadi bagian yang amat disayangkan dari mitos hijab style saat ini. Seperti yang ditawarkan oleh Hijabers Community, ruang ini diisi sedikit demi sedikit dengan kajian keislaman. Seyogyanya kajian keislaman dapat membuat pengguna Hijab Style mampu beringsut dari hasrat terlihat cantik dan trendy menuju esensi hijab. Untuk mengisi kekosongan transendental diperlukan perubahan agar hijab sebagai pakaian tertulis tidak kehilangan esensi dasarnya. Jangan sampai generasi mendatang tidak mengetahui makna hijab sebenarnya karena penggunaan hijab sebagai tanda ketaatan terhadap perintah agama dilesapkan oleh pemahaman hijab sebagai mode berpakaian.

… dan kemudian menuntun pembaca menemukan alternatif solusi yang segar dan unik yaitu mengkombinasikan jilbab konvensional dengan hijab style menjadi hijab style syar’i. *klik link di atas untuk melihat visualisasi perbedaannya*

Hijab style syar’i adalah salah satu solusinya. Gerakan yang dilakukan oleh Majalah UMMI untuk melahirkan icon hijab syar’i memberi pencerahan bahwa ada ketaatan di balik keputusan menggunakan hijab style. Selain cantik dan trendy, hijab style yang digunakan harus sesuai dengan aturan baku berhijab. Inilah yang disebut dengan ketaatan. Jilbab yang menutupi punggung, terjulur ke dada, berkain tebal, longgar, dan tidak menyerupai laki-laki menjadi jawaban atas luputnya sisi transendental dalam hijab style.

Lagi-lagi dengan sentuhan optimismenya, solusi yang disampaikan itu akan banyak diterima masyarakat (khususnya dunia muslimah) dengan baik, melalui tulisan penutup sebagai berikut:

Perubahan pasti terjadi karena merupakan keniscayaan dalam kebudayaan. Beramai-ramainya muslimah mengikuti hijab style adalah kebaikan walaupun masih ada kesenjangan antara hijab yang dikenakan dengan aturan hijab sebagai pakaian yang dituliskan. Majalah UMMI menjadi salah satu pihak yang bergerak mengisi kekosongan transendental agar generasi kemudian tidak asing mendengar kata hijab. Semoga setelah hijab style syar’i muncul, hijab tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh, pelindung dari suhu panas dan dingin, agar tampil cantik dan trandy, tapi juga dilengkap dengan pakaian ketakwaan.

Ada pelajaran yang bisa diambil dari karya essay tersebut bahwa ketika menemukan kondisi ada muslimah yang mengenakan jilbab namun tidak syar’i (lebih cenderung mode yang dikatakan gaul), kita seharusnya jangan langsung mengkritiknya, mencibirnya bahkan menghinakannya seakan-akan telah memvonis tempatnya di neraka. Menurut saya itu bukan cara dakwah yang baik dan santun. Pijakan jalan keimanan dan ketakwaan pada setiap orang tidaklah sama mulusnya. Cobalah selalu berorientasi dalam kerangka solusi bukan memvonis. Meluruskan disertai dengan solusi. Dengan tetap berpegang pada kaidah yang syar’i (sesuai tuntunan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam), dibutuhkan kelenturan sikap dalam berdakwah. Kita perlu menyadari adanya fakta bahwa kebanyakan semua wanita ingin tampil cantik dan menarik. Itu tidak bisa dipungkiri.

Salam hangat tetap semangat,
Iwan Yuliyanto
05.02.2013

.
Catatan:
Blog baru mbak Linda kini: doalangit.wordpress.com. Blog lama pada link di atas dikelola hanya sampai tahun 2012.


73 Comments

  1. […] Baca juga artikel terkait: – Berikan solusi, bukan memvonis. […]

  2. anotherorion says:

    ha tulisan sik kuwi menang ta? syukur moga2 dadi lebih produktif maning n sering2 ngepoin blogku 😀

  3. 9ethuk says:

    Mantab (pake B)
    *bingung mau comment apa, bagus2 postingannya

  4. Yos Beda says:

    tulisannya bagus, pantes aja menang.. 🙂 saya sendiri orang yang menggap normal-normal saja para wanita berhijab dengan gaya trendy, hehehe

  5. Erit07 says:

    Mantap dan lengkap bnget ulasannya. .

  6. malumaluin says:

    Blog yang menarik 🙂 Mari teruskan berbagi ide kreatif lewat blog-blog menarik. Kunjungi juga http://malumaluin.wordpress.com/ Salam malu-maluin!

  7. ramarizana says:

    izin komentar njeh,Pak.
    IMHO hijab itu untuk menjaga diri dan justru untuk menutup kecantikan,karena kecantikan seorang wanita itu cukup suaminya saja yang menikmati. dan trennya sekarang ini cenderung hijab itu untuk memperlihatkan keindahan.
    *pendapat berdasarkan opini semata, kalau kita gali dari Al-Quran dan Hadits juga seperti itu bahwa hijab itu untuk menutupi kecantikan diri.

    • Sayapun sependapat dengan sampeyan kok, mas. Begitu juga nafas tulisan yg dibawakan oleh mbak Linda. Semoga sudah mencermati baik-baik di 2 link tersebut.

      Permasalahan yg dihadapi kini adalah kita hidup dalam masyarakat yg beragam dg level keimanan yg berbeda-beda, landasan / alasan utama pemakaiannya pun juga bervariasi. Sejalan dg tingkat usia mereka, proses pendewasaannya, lingkungan kerjanya, dll. Ya seperti itulah yg namanya variasi sehingga timbul deviasi.

      Nah, poin yg dibawa organisasi UMMI itu adalah memasyarakatkan terlebih dahulu, yg kemudian disusul dg kajian-kajian untuk mendekatkan diri pada ketakwaan yg sesungguhnya. Proses-nya pelan-pelan. Yang penting ada penerimaan terlebih dahulu, bahwa mereka tidak buka-bukaan lagi, meski belum sempurna. Diharapkan melalui proses kajian-kajian seperti itu mereka akan semakin memahami bahwa sesungguhnya hakikat hijab adalah menutupi kecantikan diri. Sehingga mereka akan menyempurnakan jilbabnya. Pendewasaan itu butuh proses, yg kadang sulit dipaksakan.

  8. Kalo buat saya mah yang penting syar’i pak, strata konvensional ataupun style/modern buat saya gak terlalu penting. 🙂

  9. Ina says:

    keren banget ulasannya mas. setuju dengan idenya: beri solusi bukan vonis. sebagai bahan instruspeksi semua hijabers deh. saya sblmnya malah ngiri ga bisa berjilbab stylish kya yg lagi ngettrend itu… haris dikoreksi nih .

  10. JNYnita says:

    Klo ttg hijab style, entah syar’i atau nggak, aku kurang sreg, krn klo ada kata ‘gaya’ berarti menggunakan hijab untuk berhias padahal hijab adalah untuk menutupi perhiasan.
    aku sih gak memandang yang make jilbab gaya2an dengan sinis atau apa, tp malesnya org deketku yang mengomentari harusnya aku seperti mereka.. sigh.. pdahal tanpa mikirin gaya itu lbh praktis dan nyaman…
    kadang aku iri sama yang udah tua, tgl pake gamis + kerudung instan bs pede kondangan, klo aku begitu udah diomelin mamaku, hahaha!!!

    • Ina says:

      bener2 ….setuju.
      klo belum bisa yg jilbab syari at least syarat nutup dada adalah harus.

    • Berarti tingkat percaya dirinya mbak Nita sudah tinggi, tidak perlu berlama-lama mematut diri di depan cermin apalagi sibuk ngumpulin tutorial hijab style. It’s sounds good 🙂

      Kalo mamamu gak sreg dg penampilan apa adanya ya wajar… khan buat ngimbangin penampilan mamamu yg berangkat bareng kondangan, hehehe

  11. mintarsih28 says:

    sepakat dg konsep yang dibawakan penulis. bahwa dg maraknya kesdaran muslimah pakai jilbab dg bwerfariasinya menerima info wajibnya jilbab kudu kita sikapi dg bijak. dulu ketika era 80an kita mengkaji ayat dulu. dan spertinya makin ke sini mereka berjilbab krn melihat banyak orang cantik pakai jilbab (gaul).

    maka perlulah kearifan dlm menyampaikan dakwa ttg soal ini, ya seperi yg dilakukan mbak linda.

  12. Rawins says:

    kalo jagoan nulis memang mantap. runtut dan tepat sasaran. makane suka minder kalo kudu ketemuan blogger. rumangsa ga bisa nulis, tema gak jelas dan awal akhir gak nyambung…
    wislah sing penting hepi…

  13. Model jilbab saya sejak dulu sepertinya ga berubah, yang berubah hanya bahan yg dipakai.Ada keinginan mencoba style baru, semoga masih sesuai syar’i dan nggak mengabaikan kepantasan. So true, wanita memang ingin terlihat cantik 🙂

  14. puanlangit says:

    semoga dia semakin pandai menulis dan semakin rendah hati. 🙂

  15. Ikakoentjoro says:

    Keren banget tulisan Linda. Jadi pengen belajar juga pak 🙂

  16. lieshadie says:

    Share sangat bermanfaat nih, Pak….aku juga masih konvensional, tapi kdg2 juga pengin modis…

    Ah ya yg nutup punggung sama nutup dada kadang2 masih terabaikan…karena ingin modis !!! 😦

    Matur nuwun, postingan yang mencerahkan !!! Langsung ke tekape…

    O ya ijin reblog ya Pak ?

  17. 'Ne says:

    waah keren ini tulisannya mbak Linda.. Alhamdulillah sejauh ini sih selalu berusaha nutup dada meski pakai phasmina 🙂

  18. ayanapunya says:

    kemarin udah baca tulisannya. ternyata menang, ya. emang bagus sih 🙂
    kalau saya lihat, salah satu efek positif dari para hijaber itu adalah mulai banyaknya para muslimah yang memilih rok atau baju terusan dalam berpakaiannya 🙂

  19. genthuk says:

    ketika ingin merubah orang lain, sebaiknya merubah diri sendiri terlebih dahulu. Gaya mengajaknya, cara bicaranya, dan pola pikirnya…. yang terjadi seringkali kita mengajak orang lain berubah, tapi kita sendiri tidak berubah…

  20. betul… ajakan yang baik lebih mengena di hati daripada ajakan yg menyinggung perasaan meskipun itu benar…
    bisa jadi yang diajak gengsi untuk mendengarkan dan bahkan melawan karena cara mengajak yang tidak anggun 🙂
    terimakasih mas iwan, sudah dishare soal ini :)…

  21. linda risetnya manteb si.. pol2an.. hihihi..
    jago juga ngerangkai kata..
    pas kalo jadi juara.. =D

  22. Saya sendiri pernah jualan buku-buku tutorial jilbab yang modis itu mas 😀

    tapi waktu itu agak kurang tenang juga karena saya masih belum terlalu memahami mana jilbab yang syar’i dan mana yg modis tapi kurang syar’i

  23. nengwie says:

    Reblogged this on NengWie and commented:
    Ayoo yg mau berhijab modis namun tetap dalam bingkai akidah ^^

  24. salmanrafan says:

    wow! unin hebat. mabruk, ya.

    btw, ini lomba yang ngadain siapa, Mas?

  25. lambangsarib says:

    Terimakasih pak, sudah langsung ke TKP

  26. Larasati says:

    Reblogged this on Larasati and commented:
    Perempuan…baca ini yuukkk…

  27. Larasati says:

    luar biasa mba Linda ini, selamat yah….trimakasih urk buah pikirannya yg luar biasa ini dan pak iwan makasih sudah di share disini 🙂

  28. nengwie says:

    Mas Iwan..ijin reblog yaahh…:)

  29. Good posting. Thanx for sharing!

  30. Dyah Sujiati says:

    Gagasannya yang disampaikan melalui paragraf demi paragraf mampu terhubung secara kompak, logis, dan menarik—>Yaps betul sekali Pak

    Setuju deh dengan solusinya

  31. nengwie says:

    eh tapi memang lebih gampang misuh2 daripada kasih solusi hehehe

    • Menjaga lisan memang berat tantangannya… namun ingat, jangan menghujat atau mencaci maki, krn sejatinya kebenaran itu lebih mudah masuk (ke hati) jika disampaikan dgn bahasa yg menyentuh hati.

      Biasanya kalo orientasi dipikirannya adalah solusi, selalu adaaa aja jalan untuk memperbaikinya.

    • nengwie says:

      Nah kalau kalimat yang terakhir2 itu mah mas Iwan banget 🙂

  32. nengwie says:

    Kereeeeen……:)

    waaahhh… agak tersentil waktu baca ” Ini mengindikasikan bahwa gaya hijab sebelumnya yang dikenal sebagai jilbab konvensional tidak memunculkan keindahan dan kecantikan penggunanya” hehehe..soalnya dari tahun 80-an sampai sekarang, saya tetep yg konvensional, namun sesekali menggunakan selendang panjang dan lebar diatasnya kudung konvensional agar terlihat sedikit modis, tapi tetap menutupi dada,

    betul sekali sudah dari sononya wanita ingin tampil cantik dan menarik 😀

    • Tenaaang… menggunakan jilbab konvensional itu berarti tingkat kepercayaan dirinya tinggi, karena berani untuk tidak mengikuti trend 🙂
      Dan wajar kalo kemudian ingin tampil lebih modis… namun kudu tetap memegang kaidah syar’i. Itu namanya perjuangan.

    • nengwie says:

      Pede aja lagiiii..hehehe

      tapi jujur mas Iwan, saya kadang prihatin liat yang aahhh susah bilangnya… salut saya sama mbak Linda yang mampu mengemukakan dengan cantik…selamat..selamat ..barakallah buat beliau, semoga tulisannya mampu menggugah siapapun yang ingin berhijab modis tapi tetap dalam bingkai kaidah syar’i ..

Leave a reply to winny widyawati Cancel reply

Let me share my passion

””

My passion is to pursue and share the knowledge of how we work better with our strengthen.
The passion is so strong it can do so much wonder for Indonesia.

Fight For Freedom!
Iwan Yuliyanto

Kantor Berita Umat