Sahabat bloggers,
Setiap anak terlahir dengan kelebihan dan keistimewaannya masing – masing. Percayalah, tidak ada yang sia – sia dalam penciptaan-Nya. Orangtua yang mengatakan bahwa anak mereka tidak memiliki keistimewaan, itu berarti belum mampu melihatnya. Sebab, keistimewaan anak bukan hanya dilihat dari sisi kemampuan akademiknya saja, bukan?!
Ada sebagian orangtua yang merasa patah hati ketika melihat anaknya terlahir dengan kekurangan, dirasanya jauh dari keistimewaan. Namun, ada sebagian orangtua yang justru mematahkan belenggu kecemasan, hingga semangatnya menular ke sang anak yang kemudian sang anak berhasil mematahkan belenggu keterbatasan, bahkan ada yang sampai mematahkan rekor.
Edisi Melawan Belenggu Keterbatasan kali ini mengambil tema: Menebar Cinta Dengan Nada.
Selain Muhammad Ade Irawan, Yoo Ye-eun, dan Hee Ah Lee, yang pernah diulas di blog ini, ternyata masih banyak kisah anak – anak yang berhasil melawan belenggu keterbatasan. Siapa saja mereka? Silakan simak tayangan video – video di setiap halaman jurnal ini.
If you’re practicing an instrument and feel like giving up, these videos might make you think again.
Page 2: Mary Grace, pianis berlengan buntung, sering berkeliling dunia
Page 3: GuiGui Zheng, pianis tanpa jari – jari kanan
Page 4: Liu Wei, pianis tanpa kedua lengan, Winner of China’s Got Talent 2010
Page 5: Liu Wei juga meraih Guinness World Records Italian Show
Page 6: Ying-Shan, pianis tunanetra, South Africa Performing Art Winner 2009
Page 7: Nobuyuki Tsujii, pianis tunanetra yang telah menelurkan 3 album
Tentunya masih banyak lagi anak – anak difabel lainnya yang berprestasi tinggi.
After watching these, ask yourself – what is truly stopping you from achieving your dreams? Everything is possible. And these videos shows just that.. amazing!
Temukan keistimewaan dari diri sang anak dengan membuka mata lebih lebar, …memasang telinga lebih tajam, …dan merasakan dengan hati. Amatilah bagaimana kemampuannya bersosialisasi, dari keramah-tamahannya, dari sikapnya yang rajin dan selalu ceria, atau dari kepribadiannya yang selalu bertanggung jawab dan penuh disiplin
Ketika sang anak selesai melakukan kebaikan – kebaikan kecil, seperti membantu orang tua, sholat tepat waktu, membereskan tempat tidurnya sendiri, menggosok gigi sebelum tidur, dll… berbagilah kebahagiaan dengan sang anak, ungkapkan perasaan bangga dengan memujinya, memberikan senyuman, memberikan pelukan hangat atau kecupan di kepalanya sebagai tanda terimakasih. Bersabar memberikan perhatian kepada sang anak, akan memupuk semangat sang anak, dan orang tua akan lebih mampu melihat keistimewaan yang dimilikinya.
Jadikan setiap hari Anda sebagai Hari Keluarga Nasional.
Silakan menjelajahi setiap halaman jurnal ini untuk melihat video sang petarung kehidupan. Semoga bermanfaat dan menginspirasi Anda.
Salam hangat dan tetap semangat,
Iwan Yuliyanto
Merinding Om setiap liat sharingnya.
Bener2 amazing!!
Mereka memang amazing mencetak begitu banyak prestasi dengan mental percaya dirinya yang tinggi.
thx buat infonya mas. bookmark dulu 🙂
Aamiin. Sama-sama, mbak Samsiah.Ada film sejenis yg menyoroti anak difabel yg berprestasi tinggi.Saya sharing di sini: http://fightforfreedom.multiply.com/reviews/item/22Kalo tertarik, semoga mudah mendapatkan DVD-nya.
subhanallah… terharu dengan semangat mereka…jfs mas 🙂
Aamiin, sama – sama, mbak Nina.Untuk kisah nyata lainnya saya rekomendasikan film: Soul Surfer, seorang gadis difabel yg punya prestasi mendunia yg bersaing dg profesional normal lainnya.Saya ulas di sini: http://fightforfreedom.multiply.com/reviews/item/22
aku suka kata-kata ini :After watching these, ask yourself – what is truly stopping you from achieving your dreams? Everything is possible. And these videos shows just that…amazing!JFS Mas Iwan ^^/
Sama – sama, mbak Mona, semoga bermanfaat ya 🙂
huwaaa terharu T_T makasih sharingnya, Mas Iwan.. oh iya, makasih yaa udah invite aku ^^ salam kenal juga
Setuju banget, mbak Embun, apalagi kalo melihat mereka berangkat-pulang kerja dg bersemangat.
Keren banget si Nick itu… pede abiess 🙂
Semoga ujian itu berbuah kebaikan sebagai penggantinya. aamiin.Ayo… tetap semangat merevisinya, mbak. aamiin.
Mereka tetap bersemangat dg keterbatasannya ya :)Saya sharing juga postingan teman saya hari ini ketika ia juga aktif menjembatani kegiatan peluncuran buku Angkie “A Deaf Woman Without Limits” di sini:http://wib711.multiply.com/photos/album/445/A_Deaf_Woman_Without_Limits#Di situ juga ditampilkan pagelaran yg persembahkan oleh mereka – mereka yg tunarungu. Bahkan banyak juga diantara mereka yg tuna rungu itu menjadi model. Modelnya cantik – cantik pula 🙂
kebetulan beberapa kali saya seangkot dengan seorang anak invalidsudah remaja,wajahnya itu, ngga ganteng, tapi mencerminkan semangat dan optimisme yang luar biasasungguh, saya salut pada busur yang kuat, mampu melesatkan anak-anak panah seperti inisebuah perjuangan batin, mampu melepas anak ini pergi pulang dengan angkutan umumtapi….itulah “pendidikan” yang sesungguhnya, bukan malah memanjakannya yang membuat dia tidak berdaya
aha ku punya bukunya nih.. bacanya semangat banget..
Terima kasih Mas Iwan. Terus semangat…. Semangat terus hehe…Ada juga yang nggak sampai dan balik lagi ke Hongkong hehe.. Saya musti menebusnya di pos office mana mahal minta ampun. Jadilah saya membeli naskah sendiri hahaha…
jadi malu liat mereka dengan segala keterbatasannya tapi bisa menjadi sesuatu………… *halah demam syahroni*
Mereka udah ngasih contoh nih ke kita bagaimana bisa survive dlm kerasnya kehidupan. Contoh semangat pantang menyerah.
Betul, berani tampil di sana… maka semua adalah pemenang.
Begitulah.. kita jadi bisa membaca semangat mereka.
Silakan, Makkhansa. Semoga proses loadingnya lancar (gak berat).
Bakal sering – sering nge-lab ceritanya :)Selamat mem-finishing tugas akhirnya, mas Haryo.
Ooo… naskah bukunya dikembalikan, sabar, mbak Yuli, memang perlu proses panjang dlm berjuang ya, gak ada yg instant, yg pengennya sih sekali ngirim naskah langsung diterima 🙂 Ini memberikan kesempatan kembali untuk membuatnya lebih bagus lagi hingga menjadi sebuah masterpiece.Tapi, bagi saya itu sudah merupakan hal yg bagus… yaitu action untuk memulai. Apalagi tulisanmu juga muncul di tabloid Indonesia dan beberapa buku antologi. Tetap semangat… 🙂
Hahaha… itu edisi pertamanya ada penyesuaian judul, krn udah luamaa banget, pas awal-awalnya nge-blog.
Sungguh, postingannya sampeyan hari ini cerdas banget, kritikannya ngena, sbg WNI jadi malu membacanya punya pemimpin yg “difabel” 🙂
Ini juga dalam rangka menyemangati diri sendiri.
Walah.. edisi pertamane terpaksa dirubah judule, lha itu pas awal-awale ngeblog 🙂
Sama – sama, mbak Sarah.Oiya, have a nice vacation di Sidney, pasti momennya sekarang indah banget ya, pas winter 🙂
Aplous untuk mereka yang bertahan hidup dengan keterbatasan..
ke TKP…
semua adalah pemenangnya…
duh……terharu melihat video-video-nya…
flag dulu pak Iwan, ntar di rumah di lihat videonya satu persatu…terima kasih sharingnya…
hiks.. saya ngerjain tugas akhir dulu kalau gitu..
Amin terima kasih banyak doanya. Alhamdulilah meski sedikit sudah mulai ada yang muncul di tabloid Indonesia dan diterbitkan dalam beberapa buku antologi di Indonesia. Sering juga dapat amplop tebal berisi naskah sendiri hahahaha….Tapi tetap semangat, dan terima kasih atas tulisan-tulisan Mas Iwan yang sering menyemangati….
Owhh pertanyaan pada komentarpertama dah terjawab, thanksssss
Sungguh teramat disayangkan yang meresmikan hanyalah WAPRES….Apa pres-nya malah melu pertandingan pa yaa…? #rollingeyes
sebelum baca,sik sik sik, ini kok edisi kedua ya mas…. edisi pertamane endi taa..?
Makasih Mas, sudah mengingatkan.
Kalo lihat postingan gini, rasanya cuma satu: malu kepada diri-sendiri.
Nice. Insyaallah saya niat mencari.
Ada, mas, dg judul yg sama. Saya belinya di Gramedia, saat itu (kira-kira 3 bulan yg lalu) masih dipajang di depan sbg buku baru.
oh iya, pernah liat yang nick vujicic lewat youtup, mengharukan gimana dia tuh enteng aja ngadepin hidup. semangatnya gila. itu bukunya ada versi indonesianya ga ya?
Sama – sama, mas Arfan Penampakan bukunya seperti di ini, mas. Sepertinya juga mudah di dapat di toko buku. Kalo sudah beli, silakan di-sharing reviewnya… 🙂
Maksudnya kalo melek itu bisa bakal menambah keyakinan & kepercayaan diri untuk free error, krn mata bisa sekali-kali ngintip ke monitor dan menghapus yg salah.Kalo 60 detik = 7 baris, berarti mbak Tin mampu dalam 1 baris alphabet = 8,5 detik. Great.. :)Liu Wei 60 detik = 9 baris, berarti 1 baris alphabet rata – rata dibutuhkan 7 detik.Saya sendiri masih belum mampu menyamai mbak Tin dan Liu Wei 🙂 )
Wah baru tahu ternyata ada bukunya.Wajib cari nih…Thx Om Iwan 🙂
Setuju banget, mas :)Gambaran dlm video itu juga sudah ada versi cetaknya, bukunya berjudul: Life Without Limits. Terimakasih sharing videonya di sini, mas. Nick memang motivator yg pedenya gede banget.
lah ku kan terbiasa ngetik pake 10 jari.. ga lihat keyboard toh.. jadi ga merem juga ga lihat keyboard.. cuma tadi ngetestnya berasa ngetest ala braille gitu..
Walau susah untuk menonton satu2, saya sependapat sama Om Iwan, gak ada yang sia-sia dari apa-apa yang terlahir di dunia. Anak-anak difabel bisa berprestasi, yang teramat paling sangat hebat itu orang tua + lingkungannya. Setuju gak om?Oh ya, ada tambahan video lagi ni, siapa tau ada yg belum liat:
Sama – sama, mbak Yuli, semoga bermanfaat dan menginspirasi.Ya, everything is possible, … ini juga berlaku buat impian mbak Yuli yg akan menerbitkan buku – buku. Dulu khan kabarnya mau fokus dalam penulisan buku. Semoga segera terealisasi. aamiin.Senang rasanya melihat mbak Yuli back to MP, berarti ada membawa kabar baik setelah fokus 🙂
Great, mbak Heni… 🙂
Game itu memang lagi booming saat ini ya .. yang penting porsinya wajar :)Kalo sering diajak nonton konser, mungkin lambat laun mas Agam bisa menurunkan kesukaannya pada dunia musik, ya gak harus piano sih.
Serasa damai membacanya.Tentunya mbak Helene & hubby juga begitu all out berjuang mengatasinya saat itu. Gak kebayang betapa sibuknya mengupayakannya, mulai dari menjelajah informasi yg benar sampai eksekusi therapy-nya.Alhamdulillah, kalo masa-masa itu telah lewat.Malah saya yakin semenjak ikut beladiri karate, kepercayaan diri Hugo pasti melesat peningkatannya, terlihat dg gampangnya Hugo diajak / berinisiatif becanda.
Terima kasih Mas Iwan tulisan dan vidionya keren…Jadi terharu dan semangat nih. Memang benar everything is posible…, asal mau berusaha, bersabar dan bersyukur.
Always keep fighting spirit, mbak Sefa 🙂
Saya sendiri juga senang kalo memanfaatkan jasa tetangga saya itu. Hasil karyanya rapi dan termasuk tipe yg bertanggungjawab.
Wah, kalo dengan merem gitu berarti udah hebat banget, mbak Tin, bisa nyampe 7 baris menjelajahi keypad QWERTY.Apalagi kalo mbak Tin melek, pasti lebih dari 7 baris :)Saluuuttt….
Senang bisa menginspirasi, mommy Tije 🙂
🙂
wah malu nih. anakku lebih suka main angry bird dibandingkan main piano
Semua butuh kebesaran hati orang tua untuk menerima kelebihan dan kekurangan anak. Saya pernah mengalami hal semacam ini, di saat Hugo merasa rendah diri, karena hrs mengikuti speech therapy. Karena dia sempat mengalami ganggu dengar, walaupun tidak parah, dan saya bersyukur, masa-masa itu telah lewat, dan Hugo bisa menemukan kembali rasa percaya dirinya kembali.
waw… ! ini baru semangat
ikut senang bacanya.. kaki satu ga menghalanginya untuk terus ya mas..
butuh latihan lagi deh biar ga kalah sama liuwei.. *jadi semangat.. tapi eh ku ketiknya pake merem loh mas..
wow sangat menginspirasi…
Terimakasih, mbak Nana, semoga menginspirasi dan mendapatkan banyak hal yg positif setelah refleksi.
Dengan sabar saya menunggu sharingnya, mas Wid.Semoga makin menambah semangatnya Nadifa dan juga anak-anak lainnya yang berkebutuhan khusus untuk terus berkarya dan berprestasi. aamiin.
Speechlees.But love this post so much.*sbg bahan renungan*
Ayoo… jangan sampe kalah, mas Anaz. Mari kita lawan kelemahan yg ada pada diri 🙂
Wise word-nya mbak Nita memang telah dibuktikan pada dirinya sendiri ya.Semoga ia berada dalam kedamaian bertemu kekasihnya di alam sana.
Lha ini, malah dapat semangat sharing dari tulisannya mas Tri 🙂
Sama – sama, mas Rifki, semoga menginspirasi.
Nahh.. khan, masih kalah.Sama, saya juga kalah cepat dg Liu Wei yg mampu 9 baris itu 🙂 )Dalam tayangan video lainnya, Liu Wei juga rajin menulis (mengetik), berinteraksi dg teman-teman dunia mayanya tanpa hambatan.
Alhamdulillah, tidak ada, mbak Tin. Kalo tetangga ada, berkaki satu. Saya kagum bagaimana orangtuanya sabar membentuk kepribadiannya. Pekerjaan tetangga saya yg difabel itu sebagai tukang kayu dan renovasi bangunan. Saya melihat sendiri, bagaimana dengan lincahnya bekerja menaiki plafon dan di atas genting, gesit kesana kemari spt layaknya pekerja bangunan yg normal.Alhamdulillah, ia sudah menikah dan dikaruniai anak.Good, memang harus kagum sama babe & mama sendiri :)Liu Wei dalam semenit bisa 9 baris mengetikkan A to Z.Siip, silakan dicoba, mbak Tin :)Saya sendiri terus terang gak secepat Liu Wei meski pake 10 jari 🙂 )
iya mas Iwan…malah kadang ngadepi adiknya justru lebih membutuhkan kesabaran daripada kakaknya ini 🙂
iya dan mereka ceria, bahagia..
Dan sampe skg pun masih terpaku melihat video tersebut, ditambah beragam kisah yang dilink mas Iwan…
sama, mbak Feb, malah mereka memberikan contoh / pelajaran bagi kita untuk tetap semangat.
Sama – sama, mbak Rien.Terkadang hal – hal kecil (yg bernilai baik) yg telah dilakukan sang anak itu terlewatkan dalam pandangan & perhatian kita. Padahal yg mereka butuhkan adalah sentuhan dan pengakuan, yg akan membuatnya selalu bersemangat melakukan hal – hal baik lainnya, bahkan untuk cenderung berlomba untuk menunjukkan kelebihannya, tanpa kita minta.
Yes… always keep fighting spirit too , mbak Fe 🙂
Thanks, mbak Intan 🙂
Semoga bermanfaat, mas Priyo, yakin bahwa tidak ada yang sia – sia dalam penciptaan-Nya.
Silakan, mas Romi, semoga bermanfaat ya 🙂
Ooo.. iya, saya ingat postingan itu, mbak Miftah. Sekarang mulai digelar event ASEAN ParaGames 2011 sampai tanggal 22 Desember 2011. Pasti mereka semangat banget hari ini, membuktikan bahwa mereka juga bisa berprestasi dan bermanfaat.
InsyaAllah hari Selasa besok ini saya juga menyaksikan pertunjukan alat musik yang dimainkan oleh para anak tuna rungu, mudah2an bisa saya rekam deh…
Kalo meyakini bahwa tidak ada penciptaan-Nya yang sia-sia, maka seharusnya kita memang kudu sabar mendampinginya. Saya teringat postingannya mas Trie di sini. Mas Trie: “Alasan saya selebihnya untuk tidak menyandangkan istilah “cacat” adalah karena saudara-saudari kita kaum difabel itu sejatinya hanya dibatasi oleh (hal kasat mata yaitu) kurang memiliki hal sebagaimana yang dimiliki manusia lain. Soal kemampuan, saya rasa banyak dari mereka yang juga memiliki kelebihan.”
belom satu menit udah ketahuan anak2 yang pake kursi roda.. nyanyinya penuh semangat ya.. aduh anak2 itu.. cium satusatu..
*melongo*terpana*bengong*amazed* apalagi ya… saluuuuuuuuuut
Que Sera Sera … Forever will be… will be…wah… saya sampe mbrebes mili melihat keceriaan mereka menyanyikan Que Sera – Sera. Apalagi melihat wajah-wajah haru orang tuanya.Terimakasih sharingnya, mbak Niezt, sungguh menginspirasi 🙂
Silakan mbak Pena, semoga tidak sampe mabok video yg bakal banyak di-sharing di sini 🙂
Tepat sekali, mas Hendra 🙂
Jelas malu banget, mbak Ika, apalagi kalo sudah merasa dikarunia pancaindera yang berfungsi dengan baik, tapi punya mental mudah menyerah.Semoga menginspirasi buat mbak Ika dan team playernya.
Selamat !… cak Nono memang spesialis klimax, hehehe… tapi maaf, kalo gagal pertamax dimarih 🙂
… itu memang pondasi dasar untuk kebahagiaan hidup. Yakin adanya pertolongan Allah Subhanalahu wa Ta’ala yang menyertai setiap do’a dan ikhtiar kita.
jangan jadikan kekuranganmu untuk ga majumaju kan? *jadi inget nita..
terima kasih sharingnya, pak
mo bilang nulis gini teringat ohtrie yang nulis soal asean paragames di solo juga..
udah test pake notepad, 7 baris lebih dikit ngetik abjad dengan merem.. eh pake typo tapi.. 😀
Iya, betul, makanya kita jangan menganggap remeh (pesimis dengan cita-cita)… apalagi sudah ada contoh success story-nya ya 🙂
btw, m.iwan punya anak ato sodara kaya gini?ku jadi kagum sama mama&babeku sendiri loh.. yang itu liu wei pemenang gwr yang ngetik dengan jari kaki dalam semenit berapa baris sih?dalam semenit ku bisa berapa baris ya? ntar ngetest..
en bikin nangins T_T
wow…luarbiasa postingan ini! Sangat menginspirasi.Dan saya mencatat bagian yang saya quote ini sebagai pengingat untuk diri saya sebagai seorang ibu :)Terima kasih mas Iwan
Yes sir…I’m with u
Very inspiring ma iwan
inspiratif mas iwan 😀
*flagged*
*terharu*awal desember lalu pas banget diperingati untuk harinya mereka..but, setiap hari adalah harinya mereka. Saya mereka, karena mereka ‘the special one’ ^______^v
sangat menginspirasi mas Iwan..tengkiyu..apalagi saya juga punya ponakan yang berkebutuhan khusus. Dan sejauh ini masih meraba-raba apa yang jadi minat dia..
pernah terpaku ketika melihat video ini di B-Channel :
tinggalin jejak dulu
setiap kita memang istimewa … he he he …
subhanallah….malu ya rasanya klo kita2 ini mengucap: aku tidak bisa…*merinding*
*Lumayan, klimaks aman*
If you believe
Nothing is impossible
Ketigax…Silakan simak Edisi Melawan Belenggu Keterbatasan pada edisi sebelumnya di siniDan bersabar menantikan edisi selanjutnya :)Fight for freedooommmm !!!
Keduax…Inilah contoh bentuk perhatian orangtua Nobuyuki Tsuji ketika bermain dengan anaknya yang masih berusia 2 th 7 bulan, sekaligus melatih piano dan bernyanyi.
Pertamax…Ditulis dalam rangka menyemangati seluruh atlet Asean ParaGames 2011 yang bertanding di Solo mulai hari ini, 12 – 22 Desember 2011.