Home » Film Review (Page 2)
Category Archives: Film Review
The Scarlett Letter….[ Destiny is a Choice ]
Actors : Demi Moore, Gary Oldman
Year : 1995
===========================================
Masa lalu adalah sejarah…that’s why they call it history
Hari ini adalah anugerah…that’s why they call it present
Masa depan adalah misteri. Saya memilih untuk ikut berperan dalam menentukan seperti apa misteri bagi masa depan saya, dibandingkan dengan membiarkan alam menentukannya bagi saya.
===========================================
Barangkali film “The Scarlett Letter” adalah sesuai dengan ungkapan di atas. Film ini adalah sebuah film klasik yang diangkat dari sebuah novel karya Nathaniel Hawthorne. Film tersebut mengambil background masyarakat puritan di New England pada abad ke-17. Tokoh dalam film itu, Hester Prynne (diperankan Demi Moore), ditaksir oleh seorang pastor muda; yang di kemudian hari, Prynne “terpaksa” merelakan mahkotanya. Yang pada akhirnya, justru Prynne yang ditangkap dan dituduh sebagai pezinah. Dengan maksud menjaga kehormatan pasangannya yang seorang pastor muda, Prynne tetap merahasiakan siapa yang telah “berbuat” dengannya. Justru Prynne mengakui kesalahannya atas perbuatan yang dikutuk oleh masyarakatnya itu. Sehingga akibatnya, ia harus dikucilkan dan dihukum. Hukumannya adalah setiap saat ia harus mengenakan pakaian berhuruf “A” warna merah besar, tersulam di dadanya agar semua orang tahu manusia macam apa perempuan itu.
Walaupun dengan lambang aib di dadanya (yang selalu harus ia kenakan kemana-mana), namun ujung depan sejarahnya masih terbuka, dan ia memilih pertumbuhan jiwa, serta menjauhi kehancuran jiwa. Perlahan-lahan ia merebut kembali rasa hormat masyarakatnya. Ia membesarkan anaknya sebagai seorang single parent, dan dengan caranya sendiri menyumbangkan apa yang bisa ia lakukan bagi masyarakatnya. Karena terbukti tangguh walau mengalami deraan derita, cemooh dan pengasingan, ia malah menjadi tempat yang begitu mudah tersedia bagi mereka yang ingin curhat dan mendapatkan nasihat darinya. Karena kebaikan-kebaikan kecil yang ia sumbangkan bagi masyarakat sekelilingnya, anak-anak yang semakin besar satu dasawarsa kemudian bertanya-tanya kepada ibu mereka masing-masing, apakah huruf “A” di dada Hester Prynne itu berarti “Angel” (malaikat). Orangtua mereka mungkin sudah lupa, atau sengaja melupakan, dan anak-anak itu jelas tidak tahu bahwa “A” merah itu dulu berarti “Adulteress” (wanita pezinah).
Jadi, mana yang lebih menentukan, nasib atau personal leadership?
Susah menjawabnya. Namun dalam QS. Ar-Ra’du (13):11, Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka berusaha merubahnya sendiri”
Nah…kalo gitu, berarti lebih baik mendayagunakan seluruh kemampuan diri untuk menentukan nasib daripada menanti nasib mendiktekan kehendaknya. Seperti yang dicontohkan oleh Hester Prynne, yang merubah status “Adulteress” menjadi “Angel”.
GOAL 1 & GOAL 2
Tahun rilis : Sept 2005 (Int’l), Des 2005 (Ind)
Sutradara : Danny Cannon
Pemeran Utama : Kuno Becker (Santiago)
Kisah Penuh Perjuangan
Cerita film ini cukup menarik, yaitu menyoroti kisah seorang pemuda lugu asal Mexico yang berjuang mewujudkan impiannya sebagai seorang bintang sepakbola dunia. Perjuangannya dalam film ini terbagi menjadi 4 bagian.
Cerita Masa Kecil hingga Remaja
Ketika Santiago Munez berusia 10 tahun dan ikut keluarganya imigrasi ilegal dari Meksiko ke USA, ia memiliki dua benda paling berharga baginya, yakni bola & foto usang Piala Dunia. Baginya, dua benda itu adalah ”dream book”-nya. Dream-nya adalah bermain dalam tim sepak bola internasional.
Semasa kecil hingga remajanya, ia tinggal bersama keluarganya di di daerah kumuh LA dan bermain dalam tim sepak bola amatir setempat. Santiago juga bekerja keras di dapur restoran Cina dan membantu usaha pemeliharaan kebun milik ayahnya.
Cerita Penentangan dari Ayahnya
Suatu hari mantan pemain Newcastle United Glenn Foy melihat kehandalan Santiago bermain sepak bola di LA. Sebagai pencari bakat, ia kemudian menghubungi manajer Newcastle United dan meminta manajer itu mengetes Santiago. Santiago ditawari kesempatan menguji kemampuannya bermain di Newcastle United. Tawaran menarik ini disambut baik oleh Santiago sehingga hasil uang yang diperoleh dari berbagai pekerjaannya rajin disimpan agar ia bisa bepergian ke Inggris. Tetapi ayahnya keberatan putranya pergi ke Inggris karena meraih impian sebagai pesepak bola profesional hanya dianggap sebagai omong kosong. Santiago harus berjuang merebut hati ayahnya karena selalu beda pendapat mereka.
Namun sang nenek mendukung keinginan Santiago, karena sejak ia ditinggalkan ibunya, sang nenek bertekad membantu kedua cucunya mencapai cita-citanya. Hampir saja Santiago tidak bisa berangkat, karena uang simpanannya diambil ayahnya untuk membeli truk. Berkat neneknya, ia bisa meninggalkan keluarganya di LA.
Cerita Rintangan di Inggris
Setiba di Inggris, Santiago menghadapi berbagai rintangan untuk mencapai “goal” (tujuan), misalnya dari persepsi negatif para pemain setempat terhadap orang Meksiko. Pada awalnya, Santiago dinilai kurang lincah bermain di lapangan sepak bola bersama para pemain Inggris, tetapi Glen tetap mendukungnya dan meminta dukungan dari pemilik tim Newcastle United, Erik Dornhelm. Santiago berupaya keras mendapatkan kontrak dengan Newcastle United. Perjuangan yang ia lakukan hampir tidak berhasil.
Sang manajer memberi dia kesempatan turut berlatih sekali, tapi karena kerasnya permainan, Santiago menunjukkan penampilannya yang terburuk. Sang manajer pun menolaknya.
Tapi, Glenn tidak ingin Santiago gagal karena ia yakin Santiago akan membawa angin baik bagi klub yang sedang hancur itu. Dengan membujuk sang manajer sekali lagi, Santiago akhirnya diberi kesempatan satu bulan berada di tim itu. Penampilannya sangat baik, meskipun ia akhirnya hanya masuk tim cadangan. Sampai suatu saat, penyakit asmanya menghalangi kesuksesan laki-laki berdarah Meksiko ini. Obat asmanya rusak. Akibatnya, saat berlatih bersama tim cadangan Manchester United, ia menunjukkan penampilan terburuknya. Ia pun dipecat.
Ada satu kesalahan yang dilakukan Santiago di sini. Ketika tes kesehatan, ia tidak jujur dengan mengatakan ia sama sekali tidak berpenyakit, termasuk gangguan pernapasan. Padahal, kalaupun mengatakan, ia tetap akan diterima. “Asma tidak menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah kejujuran,” ujar sang manajer.
Gavin Harris, salah seorang pemain inti Newcastle United menjadi dewa penolong.bagi Santiago. Harris-lah yang membujuk manajer agar memberi kesempatan sekali lagi kepada Santiago.
Cerita Dream Come True
Secara perlahan, Santiago membuktikan kemampuannya bermain sepak bola hingga akhirnya ia diakui tim Newcastle United sebagai pemain resmi. Seorang bintang sepakbola Newcastle United telah ditemukan. Santiago Munez seorang pemain salah satu klub liga lokal di LA, menyelamatkan klub asal Newcastle, Inggris, itu dari kehancuran. Di Liga Inggris, Santiago membela timnya mengalahkan tim-tim besar. Bahkan, ia berhasil membawa Newcastle United berada di urutan empat besar dan berhak mengikuti perebutan Piala Eropa.
Ada yang menarik dalam bagian film ini, karena terlihant penampilan David Beckham, kapten tim nasional Inggris serta pemain Real Madrid, Zinedine Zidane, Raul Gonzales, dan Alan Shearer sebagai dirinya sendiri sehingga memberi kesan nyata tentang dunia sepak bola.
Film Goal! adalah film pertama dari proyek film trilogi tentang sepakbola dan pantas ditonton bagi penggemar leadership movie, film dengan tagline “even dream has a beginning” atau “the impossible dream” ini dibuat senyata mungkin.
Semua manusia pasti memiliki mimpi yang sempurna. Tak terkecuali Santiago Munez di film ‘Goal!’. Meski halangan menggunung, Santiago punya keyakinan mimpinya dapat terwujud.
Lanjut ke hal 2: Goal 2 : The Living Dream