Home » Ghazwul Fikri » Hadits-Hadits Palsu Seputar Puasa Ramadhan

Hadits-Hadits Palsu Seputar Puasa Ramadhan

Blog Stats

  • 2,305,343

PERLINDUNGAN HAK CIPTA

Lisensi Creative Commons

Adab Merujuk:
Boleh menyebarluaskan isi blog ini dengan menyebutkan alamat sumber, dan tidak mengubah makna isi serta tidak untuk tujuan komersial kecuali dengan seizin penulis.
=====
Plagiarisme adalah penyakit yang menggerogoti kehidupan intelektual kita bersama.

Follow me on Twitter

Bila Anda merasa blog ini bermanfaat, silakan masukkan alamat email Anda untuk selalu mendapat artikel terbaru yang dikirim melalui email.

Join 6,365 other subscribers

hadits palsu

Banner Acara “Hadits-Hadits Palsu” di RCTI


–: Edisi Berdusta Atas Nama Rasulullah [#01] :–

Bismillah…

Sepanjang bulan Ramadhan menjelang Subuh (di tahun 2013), RCTI menayangkan acara “Hadits-Hadits Palsu” dengan narasumber Prof. DR. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA hafizhahullah. Beliau adalah salah satu ulama ahli hadits senior yang diakui keilmuannya oleh para ulama, yang sampai saat jurnal ini ditulis, beliau menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta. Beliau alumni pascasarjana King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia dan termasuk salah seorang murid ulama terkenal yang juga pakar di bidang hadits asal Saudi Arabia, Prof.M.M. Azami.

Mengapa penting sekali mengetahui hadits palsu?

Setiap amalan, keyakinan, atau ajaran yang disandarkan kepada Islam harus memiliki dasar yang otentik dari Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Islam tidak memberi celah kepada orang yang beritikad buruk untuk menyusupkan pemikiran-pemikiran atau ajaran lain ke dalam ajaran Islam. Karena pentingnya hal ini, Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan:

الإسناد من الدين، ولولا الإسناد؛ لقال من شاء ما شاء

“Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya.” (Muqaddimah Shahih Muslim, Juz I, halaman 12)

Dengan adanya sanad, suatu perkataan tentang ajaran Islam dapat ditelusuri asal-muasalnya. Maka penting sekali bagi umat muslim untuk mengetahui apakah hadits tersebut shahih, dhaif (lemah), atau maudhu (palsu), agar diketahui amalan mana yang seharusnya diamalkan karena memang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan amalan mana yang tidak perlu diikuti karena tidak pernah diajarkan oleh Beliau.

Setelah kita mengetahui derajat hadits palsu, sudah semestinya tidak lagi memakainya sebagai hujjah dan tidak menyampaikannya lagi di pengajian atau majelis taklim. Meskipun arti dan kandungannya kelihatannya baik tetapi kita tidak bisa mengatakan ini berasal dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, karena itu artinya telah berdusta atas nama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Islam tidak membolehkan berdusta sebagai bagian dari dakwah atau upaya mengajak orang kepada kebaikan.

Bahkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengancam orang yang berbohong atas nama beliau:

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Barangsiapa berdusta padaku dengan sengaja, maka hendaknya dia bersiap-siap mengambil tempat di Neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Munculnya penyimpangan-penyimpangan ajaran agama Islam itu juga bersumber pada hadits-hadits yang derajatnya palsu. Ini bahaya sekali.

Parahnya lagi, hadits-hadits palsu ini menjadi bahan olok-olok mereka yang berhati fasiq, yang tertanam kebenciannya akan Islam. Karena kurang ilmu agama Islam, sehingga mereka tidak mengetahui bahwa kalimat yang menjadi bahan olok-olokan itu sebenarnya palsu.

Itulah beberapa alasan mengapa mengetahui hadits palsu itu penting.

.
Kumpulan Hadits Palsu dan Lemah Seputar Ramadhan

Melalui journal book ini disampaikan 16 hadits lemah dan palsu di seputar Ramadhan yang popular di masyarakat, dengan DAFTAR ISI sebagai berikut:

Hal 1 | Pengantar
Hal 2 | Hadits tentang Menginginkan Ramadhan Sepanjang Tahun
Hal 3 | Hadits tentang Menyambut Gembira Bulan Ramadhan
Hal 4 | Hadits tentang Awal Ramadhan adalah Rahmat
Hal 5 | Hadits tentang Berpuasa itu Sehat
Hal 6 | Hadits tentang Makan bila Lapar, Berhenti Sebelum Kenyang
Hal 7 | Hadits tentang Lima Hal Pembatal Puasa
Hal 8 | Hadits tentang Tidurnya Orang Puasa adalah Ibadah
Hal 9 | Hadits tentang Doa Buka Puasa
Hal 10 | Hadits tentang Memberi Hidangan Berbuka Puasa
Hal 11 | Hadits tentang Tidak Berpuasa Tanpa Udzur
Hal 12 | Hadits tentang Surga Rindu Pada Empat Golongan
Hal 13 | Hadits tentang Jihadnya Hati Melawan Hawa Nafsu
Hal 14 | Hadits tentang Ibadah Ramadhan Tergantung Zakat Fitrah
Hal 15 | Hadits tentang Penyebutan Bulan Ramadhan
Hal 16 | Hadits tentang Bermaafan Sebelum Ramadhan
Hal 17 | Hadits tentang Pahala I’tikaf seperti Pahala Umrah dan Haji
Hal .. | …Insya Allah, bersambung
Hal 18 | Daftar Referensi

Yuk, lebih teliti lagi dalam menyampaikan sebuah hadits.
Semoga Allah memberi kita taufiq untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang sahih. Aamiin.

Salam hangat tetap semangat,
Iwan Yuliyanto
06.08.2013

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18


79 Comments

  1. […] DR. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA hafizhahullah ada di postinganPak Iwan ini >> Hadits-Hadits Palsu dan Lemah Seputar Ramadhan di situ ada page 1-8 silakan kalau mau membaca.. sangat […]

  2. jaraway says:

    sukaaa sekali postingan ini pak.. dah taksimak mpe page terakhir… n_nb

  3. […] yang pernah saya jelaskan di edisi pertama dalam jurnal sebelumnya, di Indonesia sangat subur akan hadits-hadits palsu dan dhaif (lemah) yang […]

  4. nurme says:

    Subhanallah, walau ketinggalan untuk mendapatkan informasi dari tayangan tersebut, masih bisa membaca disini.
    *menanti informasi lainnya yang sangat bermanfaat>

  5. Berhubung belum pernah nonton saya baru tahu kalau ustadz yang jadi narasumbernya adalah K.H. Ali Mustafa Ya’qub M.A mas.Kalau beliau yang jadi narasumber, gak tepat dong mereka yang bilang acara Hadits-hadits palsu ini ada masukan dari atau propaganda dari kaum Salafi (atau Wahabbi menurut yang menentang) wong KH Ali Mustafa itu 100 persen NU koq, warga Nahdhiyyin. Beliau itu kan lulusan pesantren Tebuireng di Jombang.

    Beliau pernah mengeritik orang-orang yang bikin acara tahajud berjamaah di malam tahun baru plus adzan di tengah malam pergantian tahun. Amalan2 bikinan seperti itu nantinya bakal menghasilkan hadits-hadits palsu untuk melegalisir amalan-amalan tersebut.

    Memang, Kalangan Salafi dan NU kan seringkali bentrok dalam masalah2 khilafiah dan bid’ah seperti perayaan Maulid Nabi, Haul Ulama, Nisyfu Sya’ban, Tahlilan, Ratiban dll. Sebagian dari kalangan NU gak terima kalau hadits-hadits yang dianggap sebagai dasar amalan mereka itu dibilang dhaif (lemah) apalagi maudhu’ (palsu), bisa panjang tuh perkaranya, kalau kata Ustadz Ahmad Sarwat, bisa-bisa palang pintu pindah ke jidat. Berabe deh pokoknya

    Menurut DR Luthfi Fatullah, pakar hadits dan direkturnya Pusat Kajian Hadis di Masjid Baitul Mughni Kuningan, hadits-hadits palsu yang paling susah dideteksi adalah hadits-hadits palsu yang justru dibuat untuk memotivasi orang beribadah. Jaman dulu orang-orang banyak yang suka baca buku-buku sejarah (belum ada tv apalagi internet) sehingga banyak yang kurang ibadahnya, jadi ada orang2 tertentu yang sebenarnya berniat baik untuk memotivasi orang beribadah namun caranya salah, yaitu dengan membuat hadits-hadits palsu. Ciri hadits2 palsu kategori ini adalah ibadahnya enteng/ringan/mudah tapi pahalanya melimpah ruah

    kadang di khutbah2 jum’at, apalagi kalau pengurus masjidnya orang2 muslim tradisional (no offence ya) pas bulan-bulan menjelang Maulid Nabi kadang dibacakan hadits-hadits seperti itu

    kurang lebih kaya gini polanya atau kata-katanya

    Barang siapa menyumbangkan … (makanan dll) untuk acara Maulidku .. maka pahalanya sekian dan sekian (buanyak )

    Orang yang mengagungkan maulidku, maka dia bersamaku di surga

    Orang yang menafkahkan satu dirhan untuk kepentingan maulidku, maka seperti menafkahkan sebuah gunung yang terbuat dari emas di jalan Allah.

    Sangat disayangkan memang

    • kadang di khutbah2 jum’at, apalagi kalau pengurus masjidnya orang2 muslim tradisional (no offence ya) pas bulan-bulan menjelang Maulid Nabi kadang dibacakan hadits-hadits seperti itu

      kurang lebih kaya gini polanya atau kata-katanya

      Barang siapa menyumbangkan … (makanan dll) untuk acara Maulidku .. maka pahalanya sekian dan sekian (buanyak )

      Orang yang mengagungkan maulidku, maka dia bersamaku di surga

      Orang yang menafkahkan satu dirhan untuk kepentingan maulidku, maka seperti menafkahkan sebuah gunung yang terbuat dari emas di jalan Allah.

      Sangat disayangkan memang
      ————-

      Ini kayanya aneh banget deh…. Bukannya maulid nabi baru diperingati pertama kali oleh shalahuddin al ayibi untuk memompa semangat juang kaum muslimin dulunya…^^

    • Begitulah mbak, mungkin yang khutbah tidak sadar atau tidak mengetahui derajat keshahihan hadits2 itu atau mungkin karena sudah terlalu biasa mendengarnya sejak kecil

  6. kasamago says:

    bener2 serangan dari dlm bagi Islam..
    jd tertarik tuk hunting bukunya, mg masih dijual..

  7. […] Berdusta Atas Nama Rasulullah [#01]. […]

  8. katacamar says:

    jazakallahu khoiron katsiro,
    ijin langsung share pak iwan

  9. latansaide says:

    Selamat hari raya Idul Fitri Pak Iwan, semoga ini menjadi momentum perubahan bagi umat Musim untuk terus mempelajari Islam secara sempurna…

    • Terimakasih, selamat hari raya idul fitri juga, mbak Latansa.
      Betul sekali, semoga menjadi momentum perubahan untuk lebih mengenal dan memahami Islam dengan baik.

  10. rusydi hikmawan says:

    kalo membaca komentar2 berasa ikut dalam diskusi, berasa jadi mahasiswa lagi. hadits palsu memang harus diwaspadai, apalagi yg berhubungan dg aqidah dan syariat, karena Allah pun dah pernah mewanti2, bahwa syaitan pasti akan selalu menjerumuskan manusia ke jurang kesesatan. salah satu caranya juga dg memperlebar jurang perbedaan tafsir hadits. membuat ummat islam yg awam bingung ttg makna syariat dan makna tidak syariat.
    contoh kasus yg sering dipakai oleh kawan2 JIL, tentang relativitas kebenaran agama, rekonstruksi sejarah alquran, jihad atas nafsu yg dianggap tafsir syariat. ini kalo kurang paham bisa2 membuat semangat2 berislam dan beribadah umat semakin kecil dan kurang. karena tidak ada tafsir dan definisi teks hadits dan al quran selain tafsir syariat, maka definisi lain harus gugur.

    • Betul, mas Rusydi.
      Memang ada banyak cara melemahkan Islam yaitu melalui penciptaan hadits-hadits palsu. Dan hadits-hadits palsu inilah pintu masuk adanya ajaran-ajaran baru yang makin jauh dari ruh Islam. Insya Allah, kelak akan saya tulis di edisi berikutnya soal ini.

    • rusydi hikmawan says:

      selain yg palsu, ttg dalil2 yg dibelok2an, pak, sy pikir itu menarik juga jadi salah satu penyebab melemahnya semangat berislam. seperti yg sering dilakukan oleh gus ulil dan gembong JIL-nya

  11. Selamat Hari Raya Idul Fitri Pak Iwan. Mohon maaf lahir dan bathin.

  12. araaminoe says:

    Bapak… asmie sekeluarga menghaturkan minal aidzin wal fa idzin, mohon maaf lahir dan batin untuk segala hal yang salah dan khilaf dumatheng njenengan sekeluarga, taqoball Allahu minna waminkum..
    Semoga Allah menyampaikan kita dengan ramadhan ramadahan berikutnya, amin… 🙂

  13. Rawins says:

    aku cuma bisa bengong dengan komen komen diatas
    tapi kalo melihat kenyataan saat ini, jangankan hadist
    bersumpah atas nama tuhan saja dengan mudah didustakan
    udah mentok gitu mau ngapain lagi kalo engga dunia ini sebaiknya diinstal ulang…

    • Kalo sudah bersumpah atas nama Tuhan terus kemudian didustakan itu jelas orang munafiq yang kelak menjadi bahan bakar neraka.
      Percaya adanya tuhan hanya setipis mulutnya.

  14. Risma Armia says:

    Mesti punya buku Prof. DR. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA , biar lebih jelas.
    Hmm, mahal enggak ya

    • Tidak mahal kok, berkisar di Rp 50 ribuan.
      Insya Allah, dalam pembahasan selanjutnya saya review 3 buku karya beliau yang saling terkait dengan kajian hadits.

  15. araaminoe says:

    Bapak…
    Dalem mohon [jikalau njengengan tidak keberatan] untuk diterangkan lebih lanjut atau adakah sumber yang bisa dalem jadikan rujukan untuk point2 dibawah ini :
    #04 : Hadist Tentang Berpuasa Itu Sehat
    #05 : Hadist Tentang Makan Bila Lapar, Berhenti Sebelum Makan
    #08 : Hadist Tentang Doa Buka Puasa
    #09 : Hadist Tentang Memberi Hidangan Berbuka Puasa
    #12 : Hadist Tentang Jihadnya Hati Melawan Hawa Nafsu
    #15 : Hadist Tentang Bermaafan Sebelum Ramadhan
    #17 : Hadist Tentang Doa Orang Berpuasa itu Pasti Dikabulkan

    Point2 diatas apakah benar diragukan ke shohih an nya?
    Untuk point #04 ; #05 ; #09 , memang sudah njenengan jelaskan di balas komen untuk Mbak Dyah Sujiati, namun dalem kurang jelas 😆

    Dan jikalau memang tidak shohih, apakah tidak boleh dijadikan landasan beramal kebaikan? Apakah tidak terlalu kaku?
    Matur nuwun sebelumnya..

    • Poin #04 – Hadist Tentang Berpuasa Itu Sehat

      Penjelasan detail dan bagaimana memahami esensi hadits palsu tersebut bisa disimak pada uraian Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA (dari Rumah Fiqih Indonesia):
      rumahfiqih.com: puasalah kamu akan sehat ternyata hadits palsu

    • Poin #05 : Hadist Tentang Makan Bila Lapar, Berhenti Sebelum Makan

      Penyampaian kisah dalam jurnal di atas sudah lengkap, namun mbak Asmie juga bisa menyimaknya pada uraian Ust Ahmad Sarwat, Lc., MA (dari Rumah Fiqih Indonesia):
      rumahfiqih.com: hadits tentang tidak makan kecuali lapar

    • Poin #08 : Hadist Tentang Doa Buka Puasa

      Penjelasan detail bagaimana derajat hadits tersebut bisa disimak pada uraian Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA (dari Rumah Fiqih Indonesia):
      rumahfiqih.com: buka puasa allahuma laka shumtu bukan hadits shahih
      atau
      Konsultasi Syariah: Do’a Shahih Berbuka Puasa

    • Poin #12 : Hadist Tentang Jihadnya Hati Melawan Hawa Nafsu

      Penjelasan detail dan bagaimana memahami esensi hadits palsu tersebut bisa disimak pada uraian Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA (dari Rumah Fiqih Indonesia):
      rumahfiqih.com: hadits kembali dari jihad kecil ke jihad besar

    • Poin #15 – Hadist Tentang Bermaafan Sebelum Ramadhan

      Penjelasan detail dan bagaimana memahami esensi hadits palsu tersebut bisa disimak pada uraian:
      muslim.or.id: bermaafan sebelum ramadhan

    • mbak Asmie berkata:
      Dan jikalau memang tidak shohih, apakah tidak boleh dijadikan landasan beramal kebaikan? Apakah tidak terlalu kaku?

      Hadits yang menyatakan bahwa dilarang berdusta atas nama Rasulullah itu sduah jelas ke-shahih-annya. Dengan demikian hadits dhaif tidak boleh disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan bentuk kata jazm (pemastian).

      Bagaimana supaya tidak terlalu kaku untuk dijadikan landasan beramal kebaikan?

      Ada solusinya, begini …
      Disebutkan dalam kitab At Taqrib dan Syarhnya: “Jika Anda hendak meriwayatkan hadits dhaif tanpa isnad, maka jangan katakan: Qaala Rasulullah kadza… (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda begini…). Atau kata lainnya yang semisal pemastian. Tetapi katakanlah: ruwiya ‘anhu kadza (diriwayatkan darinya begini)…, atau disampaikan kepada kami darinya begini…, atau telah sampai…, atau telah datang…, atau telah dinukil darinya…, dan yang semisalnya dari bentuk kata tamridh (bentuk kata yang menunjukan adanya cacat), seperti rawaa ba’dhuhum (sebagian mereka meriwayatkan).

      Maka, apa yang menjadi kebiasaan sebagian khatib, juru nasihat, ketika menyampaikan hadits dhaif dengan ucapan: “Qaala Rasulullah…” (Rasulullah telah bersabda), adalah pekara yang tidak dapat diterima.

      Ingat hadits shahih:
      “Barangsiapa berdusta padaku dengan sengaja, maka hendaknya dia bersiap-siap mengambil tempat di Neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

    • Untuk poin #17, sementara saya drop dulu, karena saya dapatkan hardcopy tausiyah karya Ust. Farid Nu’man. Nanti saya susun dulu penjelasan dengan redaksi yang tidak menimbulkan kesalah-pahaman. Sementara saya belum sempat mencari link internet-nya.

      Saya sarankan juga mbak Asmie memiliki 3 buku karya Prof.DR.KH Ali Mustafa Yaqub, MA untuk pendalamannya. Insya Allah, di kesempatan yang akan datang akan saya review buku-buku tersebut.

    • araaminoe says:

      hmmm.. ngothen tho Bapak… ini insyallah asmie akan buka link yang njenengan beri satu persatu [matur nuwun nggih], namun jikalau ada pertanyaan lagi bolehkah dalem bertanya kembali dumatheng njenengan?

      Dan untuk point tentang pernyataan yang harus disampaikan apabila mengutarakan hadits dhaif tanpa isnad, maka point ini dalem sudah mengerti dan setuju. [matur nuwun lagi ya Bapak], agar menghindari “fitnah” yang takutnya ditimbulkan tanpa dasar yang kuat.

      Dan untuk point #17, dalem nanti untuk penjelasannya yang lebih lanjut.

      Terima kasih lagi Bapak…

    • Silakan kalo ada pertanyaan lagi, mbak. Feel free aja. Semoga jawaban yang saya berikan nanti bisa melengkapi pembahasan di beberapa halaman jurnal ini yang belum lengkap.

      Semoga mbak Asmie bisa memahami setiap esensi yang dijelaskan di setiap halaman jurnal ini. Setiap pembahasan hadits palsu & lemah, di paragraf akhir saya jelaskan esensinya agar tidak disalahpahami oleh para pembaca. Sekarang baru 8 halaman dalam jurnal ini, kalau saya fokus bisa tercipta belasan halaman, sebab masih banyak hadits palsu dan lemah (di seputar Ramadhan) yang belum saya muat di sana. Terbentur soal waktu, jadinya nyicil update-nya. Kalo ada pembahasan yang membingungkan silakan kasih masukan ya. Sumber referensi pembahasan saya cantumkan di halaman akhir jurnal ini.

  16. Jihan Davincka says:

    Assalamu alaikum Pak Iwan, ini ada satu tanggapan yang saya anggap cukup menarik di wall FB saya mengenai isi artikel ini. Saya teruskan ke Pak Iwan, ya :). Semoga tidak keberatan. Komentar ini berasal dari teman yang kini masih bermukim di Jeddah. Namanya Pak Achmad Dimyati.

    Berikut isi komentarnya :

    ***
    Sesungguhnya perlu menilai lebih jauh sehubungan analisa hadith palsu. Jujur saja ilmu hadith secara keseluruhan tidak sekuat Al-Qur’an. Bila Al-Qur’an menjadi Mushaf telah dimulai sejak masa Rasulullah SAW sendiri
    dan dilanjutkan langsung oleh Khalifah Abu Bakar As Siddiq RA dan puncaknya dibukukan oleh Khalifah Ustman bin Affan RA
    maka hadith itu sendiri sempat mengalami masa vakum untuk waktu yg cukup lama. Bagi yg tertarik sehubungan Sejarah Al-Quran, silakan dibaca disini.

    islamicbulletin.org/free_downloads/quran/history_of_quranic_text.pdf.

    Buku yg sangat bagus dan Insha Allah Shahih.

    Hadith memasuki masa pembukuan termasuk bibit ilmu hadith (sanad & matan) baru dimulai di masa jauh setelah tiadanya 4 khalifah. Buku hadith Shahih Bukhari hadir sekitar 186 tahun setelah meninggalnya Khalifah Ali bin Abi Thalib RA, tepatnya ditahun 221 Hijriah. Jadi berdasarkan waktu penulisan keakuratan buku hadith jauh dibawah keauthentikan Al-Qur’an.

    Bila kita pelajari lebih jauh kepada masa hadirnya hadith, maka kita akan melihat fakta lebih menarik, masa penulisan hadith dimulai setelah runtuhnya Khilafah Muawiyah di Tanah Arab (dimana kemudian Khilafah Muawiyah berlanjut di Cordoba), tepatnya dimasa kebesaran khilafah Abbasiyah (750-1258 Masehi). Pembukuan hadith ini terjadi dimasa mulai berkembang pesatnya ilmu Mutazila yaitu mempelajari Islam dengan juga menggunakan akal, bahkan memang dimasa Abbasiyahlah dikatakan Golden Age of Islam, hadirnya ulama-ulama science besar Islam seperti Ibn Sina, Ibn Rushd, Al-Khwarizmi (penemu Aljabar/Algebra), Ibn Al-Haytham (pendiri scientific methodology), Al-Hazen (penemu salah satu formula di Calculus), Ibn Muadh al-Jayyani (master trigonometry) dan masih banyak lagi.

    Imam Ahmad Ibn hanbal merupakan salah satu Imam yg berbeda dengan faham Mutazila ini, dan Beliau sendiri mengalami masa-masa masuk penjara karena hal tersebut.

    Jadi dimasa hadirnya pembukuan hadith adalah masa dimulai perkembangan penulisan keilmuan Islam baik itu science maupun pemahaman rasionalisasi terhadap Theology Islam, salah satu yg ramai pada masa itu adalah kehadiran concept bahwa Al-Quran adalah makhluk (Allah adalah divine, suci tetapi Qur’an karena dibukukan oleh manusia, adalah makhluk) dan juga perdebatan konsep Qadha & Qadar. Ilmu hadith tidak terlepas dalam hal ini, walaupun Imam-Imam hadith (bukhari & muslim) tidak menganut faham Mutazila, tetapi konsep sanad & matan hadith adalah konsep science Islam yg baru hadir pada masa itu. Dimana kedua Imam terkenal hadith Islam yaitu Imam Bukhari & Muslim melahirkan buku Shahih mereka.

    Bila Al-Quran tidak mengenal konsep shahih, maka Hadith sangatlah tergantung kepada ini.

    Ketiga, bila kita mempelajari dari history ke dua Imam dan juga process pembukuan. Kedua Imam besar hadith adalah berasal dari daerah yg sama yaitu Khorasan, daerah Persia maupun turunan Persia, yg pada masa itu juga Khalifah Abbasiyah yg menjabat juga masih keturunan Persia (dari Ibu) yaitu Khalifah Al-Mutawakkil. Suatu hal yg menarik adalah penulisan science Islam, tidak begitu dikenal oleh ulama-ulama besar Islam masa itu seperti Imam Syafei, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Malik tetapi penulisan science Islam itu memang merupakan tradisi turunan dari Bangsa Persia sebelumnya yg memang mempunyai peradaban lebih maju dari Khilafah Islam masa itu sampai ditundukkan oleh Khilafah kita.

    Process penulisan hadith adalah process science yg rasional yaitu mengumpulkan sebanyak mungkin hadith dari individu kemudian melakukan penyaringan berdasarkan konsep tertentu (konsep sanad & matan). Imam Bukhari mengumpulkan sekitar 600.000 hadith dari lebih 1000 orang selama waktu 16 tahun. Dari 600.000 inilah akhirnya Beliau menghadirkan 7275 hadith Shahih. Perlu dicatat jumlah hadith ini jauh lebih banyak dari Al-Quran sendiri, Al-Quran hanya 6238 ayat keseluruhan. Imam Muslim juga melakukan hal yg sama tetapi dalam jumlah lebih kecil (sekitar 3000-12000 hadith) dengan cara berbeda, dimana bila dibandingkan konsep shahih Imam Muslim dengan Imam Bukhari, maka hanya sekitar 2000 hadith dari Imam Muslim yg sama-sama Shahih dengan Imam Bukhari.

    Dari ketiga pertimbangan diataslah seharusnya kita menilai hadith terhadap kedudukannya dengan Al-Qur’an, seshahih-shahihnya suatu hadith maka itu hanyalah karya dari seorang manusia dimasa dahulu. Belum lagi ditambah fakta ke-empat, scientific Islam termasuk keilmuan hadith dan semua pembukuan Teology Islam sempat mengalami masa susah yaitu dimasa hancurnya Khilafah Abbasiyah oleh Mongol, pada masa itu begitu banyak library Islam yg dihancurkan. Alhamdulillah lmu hadith adalah salah satu yg survive dari kesusahan ini.

    Betapa banyak ummat Islam yg selalu menaruh Al-Qur’an sebanding dengan hadith. Padahal kedua ini mempunyai kualitas yg jauh berbeda (maksud saya bukan sebatas bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT dan Hadith adalah ucapan Rasulullah SAW), tetapi kualitas process menjadi buku yg berada dihadapan kita saat ini. Dan yg menarik lagi, begitu banyak ummat Islam berseturu lebih karena hadith yg boleh jadi hadith tersebut mempunyai konteks bahkan maksud yg wallahu’alam, yaitu hanya Allah dan Rasulnya yg mengetahui.

    Contoh hadith dimasa modern saat ini yg berhasil memecah belah ummat Islam adalah hadith bidah. Betapa banyak ummat Islam berdebat masalah ini, padahal bila suatu ayat di Al-Quran mempunyai maksud dan sejarah yg jelas (asbabun nuzul), maka hadith bidah ini begitu luas dan tidak ada sejarah kenapa dia hadir.

    Penutup, jadi bukan suatu yg unik bila ada lagi yg memcoba menganalisa hadith-hadith yg telah ada dimasa dahulu oleh ulama modern saat ini demi mengkaji lebih ulang keshahihannya. Tetapi sayang sekali seperti halnya Ilmu hadith sebelumnya yg mengalami masa berat sejak dimasa dia hadir termasuk sempat hancurnya Khilafah masa itu, maka penentuan level hadith masa kini lebih menggunakan konsep rasionalisasi dan juga cross-check sesama buku hadith dan reference buku Islam yg lain. Karena sudah tidak mungkin seorang manusia modern mampu merunut lagi sanad hadith (tidak ada informasi yg tersisa dimasa modern ini).

    Maka kualitas Shahih terhadap sesuatu yg sudah Shahih dimasa sekarang boleh jadi berhubungan kepada pemikiran individu bahkan kepentingan pribadi tersebut atau suatu golongan saja. Jujur saya pribadi hanya berhenti di shahih Bukhari & Muslim saja dan tidak tertarik membaca buku hadith baru yg menganalisa keshahihan Bukhari & Muslim lagi. Bagi saya suatu hal yg mustahil memcapai tahap shahih yg sama kecuali sekedar shahih secara pemikiran/rasional pribadi tersebut.

    ***

    • Wa’alaikumsalam, mbak Jihan, terimakasih atas sharing pandangannya yang menarik dari Pak Achmad Dimyati. Salam buat beliau. Pandangan beliau memotivasi saya untuk segera menyelesaikan tema “Berdusta Atas Nama Rasulullah” jilid berikutnya. Namun, sebelumnya akan saya sharing beberapa contoh kasus terlebih dahulu di pembahasan berikutnya.

  17. tiarrahman says:

    P iwan bisa dibuatkan pdf haditsnya…

  18. tiarrahman says:

    Semoga salah satu anakku bisa jadi ahli hadits. Kemarin ikut ceramah tarawih tentang ilmu hadits –> strategi pembenci islam, agar islam runtuh adalah menjauhkan ummat dari ilmu hadits, selain menyebarkan hadits palsu.

  19. Bagus sekali acara ini, sukaaa sekali menonton acaranya, seharusnya acara yang seperti ini diperbanyak di bulan Ramadhan

  20. someguyfromplanet says:

    “#02 – Hadits tentang Menyambut Gembira Bulan Ramadhan”
    Alhamdulillah ternyata ini hadits palsu soalnya saya males bangat kalao bulan Ramadhan datang hahahaha.

    • Woles saja, bro, Puasa Ramadhan ini hanya untuk orang-orang yang beriman kok. Sesuai dengan panggilan Allah: “Ya ayyuhal ladzina amanu… / Hai orang-orang yang beriman …” [QS 2:183]

  21. Yudhi Hendro says:

    kalau ada orang yg memberi makan orang yg berpuasa dan mendapat pahala seperti org yg berpuasa, sepertinya agak mengesampingkan puasanya dan mengutamakan pemberiannya.

    • Dengan puasanya ia mendapatkan pahala, kalo ditambah dengan amalannya memberi makan orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan tambahan pahala.

      Kalo ia tidak berpuasa padahal ia sudah akil baligh dan mampu secara fisik, maka ia telah berdosa, karena puasa itu hukumnya wajib. Sehingga kalo ia beramal memberi makan orang yang berpuasa, maka amalannya itu tidak akan ada artinya dihadapan-Nya tersebab ia ingkar dengan kewajibannya.

      Jadi tidak bisa hanya berbekal hadits shahih tersebut orang akan mendapatkan pahala tanpa ia berpuasa. Ada dalil lain (dalam Al-Qur’an) yang mewajibkan berpuasa. Semuanya dalam kesatuan rangkaian.

      Allah Maha Adil, hadits shahih yang berbunyi:
      “Siapa saja yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya”

      itu bermanfaat sekali terutama bagi wanita yang berhalangan puasa, misalnya karena datang tamu bulanan, ia tetap mendapatkan peluang pahala bila ia memberi makan orang yang berpuasa. Namun demikian ia tetap mempunyai kewajiban untuk membayar hutang puasanya kelak.

      Hadits poin 9 di atas itu nyata sekali terlihat ciri-cirinya sebagai hadits palsu yaitu memberikan ganjaran yang luar biasa besar selama keseluruhan masa (dalam satu bulan) untuk satu aktivitas dalam sehari. Hadits palsu ini telah menjadi senjata para industri kuliner yang menyediakan paket buka bersama di hotel/resto melalui brosur-brosur yang disebarkannya. 🙂

    • Yudhi Hendro says:

      Makasih sekali penjelasannya, pak Iwan. Cukup komprehensif dan bermanfaat. 🙂

    • Ajaran agama Islam itu ilmiah, kebenaran teks-nya itu otentik. Tidak asal-asalan. Sehingga masing-masing dalil yang shahih itu tidak akan bertentangan satu sama lainnya.

      Namun sayangnya masyarakat Indonesia menggampangkannya. Untuk itulah wajib merujuk ke teks aslinya.
      Mari perhatikan bahwa di masyarakat kita beredar hadits yang sangat populer: “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman”. Ini hadits palsu.
      Yang benar adalah: “Thaharah itu adalah separuh dari keimanan”. Thahur itu lebih spesifik. Suci lebih spesifik daripada bersih. Tidak semua bersih itu suci. Tapi semua yang suci itu pasti bersih.

    • Yudhi Hendro says:

      Hal-hal seperti ini yg masyarakat awam termasuk saya kurang ilmunya, pak Iwan. Perlu lebih banyak lagi penyampaian agar kita nggak terjebak dengan hadits-hadits palsu yg selama ini sudah diyakini.

  22. fefabiola says:

    Jazakallah, Pak.
    In shaa Allah akan saya share juga, ya 🙂

    • Aamiin, wa iyyaki, mbak Febi.

      Insya Allah, secara berkala akan saya share edisi-edisi berikutnya, sebab rasanya geram melihat umat Islam ini menjadi permainan yang berujung perpecahan, hanya karena kalimat-kalimat palsu.

      Padahal ajaran agama Islam itu ilmiah, kebenaran teks-nya itu otentik. Tidak asal-asalan. Sehingga masing-masing dalil yang shahih itu tidak akan bertentangan satu sama lainnya.

      Namun sayangnya masyarakat Indonesia menggampangkannya. Untuk itulah wajib merujuk ke teks aslinya.
      Contoh kecil, coba perhatikan bahwa di masyarakat kita beredar hadits yang sangat populer: “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman”. Ini hadits palsu, mbak. Tapi sudah diyakini kebenarannya dalam buku-buku pelajaran anak sekolah.
      Yang benar adalah: “Thaharah itu adalah separuh dari keimanan”. Thahur itu lebih spesifik. Suci lebih spesifik daripada bersih. Tidak semua bersih itu suci. Tapi semua yang suci itu pasti bersih.
      Mestinya kalo demi kebaikan, pilihlah hadits yg shahih seperti:
      “Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu Maha-Indah dan menyukai keindahan”

    • fefabiola says:

      Terima kasih, Pak …
      Yang saya tidak mengerti, mengapa hadits-hadits palsu itu bisa muncul? Mengapa lekat dengan keseharian kita? Mengapa isinya bagus (kebanyakan isinya kan bagus, ya?).

    • Penjelasannya panjang, mbak Febi, insya Allah akan saya sampaikan pasca lebaran yang disertai dengan contoh-contoh kasus, agar mudah memahami esensinya. Dalam jurnal khusus, makanya jurnal ini saya kasih tanda: Jilid 1 🙂

      Pada intinya banyak sekali kalimat-kalimat bijak yang asli dari Rasulullah SAW dan itu sifatnya shahih, maka sudah sepantasnya kalo ada kalimat bijak yang bukan berasal dari Rasulullah itu tidak dikatakan sebagai sabda Rasul.
      Periwayatan semua sabda beliau sungguh otentik, nah disinilah letak ilmiah-nya ajaran Islam. Sehingga tidak memberikan ruang atau celah para penyusup pikiran-pikiran jahat yang menisbahkan pada ucapan Rasulullah.

    • fefabiola says:

      Baik, Pak.
      Semoga Allah mudahkan menulisnya setelah lebaran 🙂

  23. jampang says:

    sayangnya hadts2 tersebut masih sering diucapkan di atas mimbar oleh para penceramah/ustadz/muballigh

    • Iya. Kalo menjumpai ada penceramah menyampaikan hadits tersebut, mari kita ingatkan setelah pengajian usai / sholat tarawih usai, mengingatkannya dengan baik sesuai semangat Al-Ashr.

      Agar kekeliruan tersebut tidak turun temurun ke generasi berikutnya.

  24. @endahya says:

    terima kasih sekali atas postingan yang bermanfaat ini, beberapa hadits sudah sangat familiar di telinga saya & baru tahu kalau hadits2 tsb palsu, ditunggu lanjutannya, pak… 🙂

    • Okey, mbak Endah. Terimakasih telah sama-sama belajar untuk hal-hal yang kelihatannya sepele ini (namun berdampak besar).
      Insya Allah, nanti saya kasih tahu untuk jilid berikutnya. Untuk jurnal ini baru semapat saya tambahkan beberapa hadits palsu lainnya, sila di check ya. Maklum masih bantu-bantu persiapan lebaran 🙂

  25. Jihan Davincka says:

    Izin share di akun FB ya, Pak 🙂

  26. tinsyam says:

    masih ada selain #01.. iya pernah dibahas sama ustadz di alazhar soal hadits palsu yang beredar.. walupun tujuannya demi kebaikan..

    • Masih ada, mbak Tin, beda tema di setiap jilid 🙂

      Seharusnya kalo sang ustadz tahu bahwa itu hadits palsu, maka tidak usah dikatakan kalimat yang baik itu adalah sebuah hadits. Bilang saja misalnya: “pepatah Arab mengatakan”, “petuah bijak mengatakan”, “ada pepatah kuno berbunyi”

      Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan:
      “sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya.” (Muqaddimah Shahih Muslim, Juz I, halaman 12)

      Banyak sekali kalimat-kalimat yang kelihatannya indah tapi itu bukan dari mulut Rasulullah. Saat kalimat yang indah (namun palsu) tersebut bertentangan dengan kalimat yang lain dan itu shahih berasal dari Rasulullah, maka dari situlah akan lahir bibit-bibit penyimpangan agama Islam.

      Golongan tertentu akan menciptakan hadits demi “demi kebaikan” golongannya agar tumbuh subur dan diterima masyarakat. Bahaya bukan?

  27. mbakje says:

    Meskipun acara ini penting dan bermanfaat, tapi jam tayangnya dirubah bahkan frekuensi tayangnya menjadi sedikit karena angka rating & share (data kepemirsaan TV) kurang ‘menjual’… kalah jauh dengan acara Hafidz Indonesia.

    • Urusan rating memang misteri ya, mbak je, hanya pemilik TV dan Allah yang tahu. Sebab banyak acara-acara sinetron yang tidak bermutu dan mendapatkan hujatan sana-sini namun tetap tayang atas nama rating.

      Pemilihan waktu siar acara “Hadits-Hadits Palsu” juga kurang tepat yaitu pas waktu sholat subuh. Lha jelas selama Ramadhan orang akan lebih banyak mementingkan berangkat ke masjid daripada di depan TV. Saya sendiri mengakalinya dengan menghidupkan mode “record”, jadi setelah sholat selesai saya putar kembali rekamannya.

      Yang lebih parah lagi, acara tersebut kemudian digeser pas jam tidur (01.00~01.30 WIB). Kalo dihadapkan sama rating ya jelas makin melorot.

      Yang pas itu kalo disiarkan sebelum waktunya tidur, antara jam 11 – 12 malam. Sehingga kelar nonton, bisa direnungkan kembali dengan tenang.

  28. nyonyasepatu says:

    Waduh mas, selama ini aku udh percaya aja, plus udh di share ke matt. Mesti di cek2 ulang deh. Thanks ya mas iwan

    • Sampaikan saja dengan cara-cara yang baik.

      Kalo muatan ‘hadits’-nya baik, namun sifatnya palsu, sampaikan saja bahwa itu “pepatah kuno bilang”, artinya boleh dipercaya kebenarannya, boleh tidak. Yang penting jangan dibilang itu ucapan Rasulullah. Ucapan Rasulullah yang shahih wajib diyakini dan diikuti.

      Namun kalo muatan ‘hadits’-nya buruk dan menyesatkan, lebih baik ditinggalkan ‘hadits’ tersebut, karena jelas-jelas palsu.

  29. 'Ne says:

    Saya baca dari awal sampai akhir..dan ternyataa banyak sekali hadits yang familiar di telinga saya itu palsu 😦

    terima kasih penjelasannya Pak, ditunggu lanjutannya..

    • Masih banyak dalam edisi #01 ini hadits-hadits palsu di seputar Ramadhan yang belum dituangkan di sana. Saya posting partial saja dulu keburu Ramadhan-nya habis. Kalo ada waktu longgar saya tulis lanjutan hadits palsu lainnya 🙂

      Edisi berikutnya akan saya coba review tiga buku karya Prof KH Ali Mustafa Yaqub, MA.

  30. Dyah Sujiati says:

    huaaa yg ketiga itu malah setahu saya shohih dan sering merasa melakukan amalan berdasarkan krn sy mengira bahwa hadits k3 itu beneran 😦

    • Memang hadits ke-3 itu laris manis dibawain oleh banyak penceramah, tanpa melihat sanad periwayatannya. Kalo menjumpai ada penceramah menyampaikan hadits tersebut, silakan diingatkan dengan baik sesuai semangat Al-Ashr.

      Coba bayangin… bagi wanita yang datang tamu bulanan di sepertiga Ramadhan maka kalo meyakini hadits tersebut ia akan merasa hilang dong kesempatannya dapat pahala plus pembebasan api neraka. Hadits tersebut derajatnya malah paling parah yaitu Munkar.

      Yang benar, diseluruh waktu di bulan Ramadhan terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan Allah dan seluruhnya terdapat kesempatan bagi seorang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak hanya sepertiganya.

  31. Dyah Sujiati says:

    huaaaa pak hadits #4, #5, #7, dan #9 itu yang kan kelihatannya shohih beneran krn nampak baik betul 😦

    • #4 : Maknanya baik dan benar, tapi itu bukan ucapan dari Rasulullah

      #5 : Maknanya baik, tapi itu ucapan dokter dari Sudan.

      #4 dan #5 silakan diucapkan dalam berbagai mimbar pengajian atau perkuliahan, tapi tidak boleh itu dikatakan sebagai hadits Rasulullah.

      #7 : Kalo diyakini bisa berbahaya, malah hilang kesempatan untuk menambah amal ibadah. Tidur adalah hak tubuh bila merasa capek, tapi bukan suatu ibadah. Hadits ini malah sering dijadikan olok-olok kaum fasiq.

      #9 : Ciri-ciri hadits palsu memberikan ganjaran yang luar biasa besar selama keseluruhan masa (dalam satu bulan) untuk satu aktivitas dalam sehari. Hadits palsu ini jadi senjata para industri kuliner yang menyediakan paket buka bersama 🙂

      Itulah kelebihannya agama Islam, segala ajarannya bersifat ilmiah atau otentik, segala penelusuran periwayatannya harus shahih sifatnya. Tidak boleh ada diantara perawi itu yang pendusta. Link sanad-nya tidak boleh terputus sampai Rasulullah.

Leave a reply to fefabiola Cancel reply

Let me share my passion

””

My passion is to pursue and share the knowledge of how we work better with our strengthen.
The passion is so strong it can do so much wonder for Indonesia.

Fight For Freedom!
Iwan Yuliyanto

Kantor Berita Umat