Sekedar meneruskan pesan dari sahabat saya. Ada sebuah video menarik yang memuat pesan pada para orangtua tentang Konsep Toleransi dari sebuah Iklan Layanan Masyarakat.
“Dear parents,
Much of what we learn in this world comes directly from you.
Whatever your message is, it will become part of us forever.
Please teach us to accept one another. Teach us to respect one another.
Please, do not fill our minds with hatred.
Do not expose us to bigotry.
Do not teach us to judge each other by race, religion, orientation or the colour of our skin.
Teach us the concept of tolerance. Teach us to understand one another.
Teach us to accept people of different cultures and persons with different beliefs than yours.
Please help us to create a world where every man, woman and child is treated equally.
Dear parents,
Please, don’t teach us words of hate. We learn from you every moment.
If you use a certain word, which may be hurtful to others, we will repeat that word.
Please, don’t show us acts of hate. If you act against people of different race, we will repeat your actions.
Dear parents,
We are your children. And we are relying on you to help us create a world where every person is tolerant of one another.
Kemudian di akhir video ditutup dengan pesan:
Banyak konflik global berasal dari kebencian antar orang – orang yang berbeda – beda yang sudah berakal mendalam.
Jadilah orangtua yang bertanggungjawab.
Ajarkanlah toleransi pada anak – anak Anda.
Sumber video:
Tolerance PSA: “Dear Parents”. Proyek video ini dibuat oleh Eytan Elbaz, mantan pegawai google, dari software developer banting stir menjadi filmmaker. Sekarang ia fokus membuat proyek – proyek sosial, salah satunya untuk anak – anak dia mendirikan shakestate.com.
Semoga bermanfaat.
Iwan Yuliyanto
This is so true! ” we will repeat the word “. Keluarga adalah masyarakat pertama yang kita kenal and we built life around them. Jadi kemungkinan buat mencontoh sangat besar.
Ya, saya sependapat juga denganmu, mbak Amanda. Makanya salah besar kalo terjadi tawuran, atau masalah-masalah kenakalan remaja yg dituding untuk bertanggungjawab adalah sekolah. Semestinya lebih menekankan introspeksi ke dalam.
Sepakat dengan ini pak iwan. Anak adalah aset kedepan. “Please, don’t teach us words of hate.”..
Betul, jangan menanamkan sifat xenophobia ke anak. Sebab akan sangat berbahaya bagi pengembangan diri sang anak.
Artikelnya bagus-bagus pak, sangat edukatif..
ga sempat buka pidionya, baca kalimatnya ajah… bagus banget, insyallah, mudah2an kami bisa jadi orang tua yang bisa mengajarkan nilai itu.
waduh, saya jd penasaran videonya Mas….
gk kebuka disini…. hmmmmm
thanks Mas Iwan, udah berbagi…
Barusan kucoba, masih bisa kok, itu khan cuma embed biasa aja.
Okey, yg penting bisa nangkep pesannya yg tertulis di situ 🙂
Susahnya jadi orang tua ya. Tapi biasanya anak-anak lebih mudah diberi contoh, ketimbang diajari. Musti banyak belajar nih biar bisa jadi orang tua yang berhasil.
Betul, mbak Yuli, bagi ortu leadership by example itu mutlak. Ayo sama-sama terus belajar, mbak. Di sini saya juga akan sharing lebih banyak seputar parenting.
ayoo pada belajar:)) saya juga ah…
Sama-sama ya, mbak Rahma 🙂
larass sedih kalau sering melihat ortu yg kasar dihadapan anaknya, tapi terkadang anak anak belajar dari tipi juga yah yang sudah tidak toleran isi film nya…hmm harus belajar neh biar jd ortu yg toleran, terimakasih pak iwan
Betul, mbak Laras. Sebaiknya memang ada pendampingan selama nonton tipi, bukan melarangnya. Sebab dg melarang sang anak malah makin penasaran. Kalo dengan pendampingan, sang anak akan belajar mana yg baik mana yg buruk, dg catatan ortu bersikap terbuka, terlebih lagi thd hal yg dirasa tabu.
calon ortu harus belajar dari sekarang nih 🙂
Aamiin. Semoga dimudahkan prosesnya, mbak Ayana 🙂
amiiiin 🙂
Insya Allah akan segera disusulkan puisi/tulisan serupa ^^v
Thanks Mas Iwan.
Apiiiiiiiiiiik tenan puisinya.
touchy !
^^v
Semoga puisimu nanti bisa menggetarkan hati para orang tua.
eh, ini puisi yg mau dibikin untuk orangtua apa anak?
Untuk orang tua. ^____^v
Judulnya Let me grow up **
** dalam konfirmasi
hehe
Baca judulnya aja udah bikin merinding saya sbg orang tua.
jadi malu mas Iwan, di satu sisi pengen ngajarin anak toleran, tapi ketika di jalan nganterin anak sekolah kemudian ketemu pengendara ugal2an, saya nyolot juga …hahahaha *tutup muka*
susah ya ternyata konsisten ngasih contoh yg baik ke anak2, apalagi anak2 kritis banget, seringnya malah saya diingetin anak 😀
Nah, itu dia mbak, memang mudah untuk menasehati, tapi sulit menerapkannya pada diri sendiri. Padahal, anak-anak itu memerlukan figur sbg contoh.
Teach us to accept people of different cultures and persons with different beliefs than yours.–>
Orang tua sekaligus sama2 belajar untuk itu 😀
Iya, ortu kudu ngasih contoh duluan ya.
Agar anak bisa toleran, sedini mungkin (calon) orang tua juga kudu toleran 🙂
Ortu memang juga kudu bisa ngasih contoh. Toleransi juga jangan diartikan secara kebablasan, apalagi kalo itu berkaitan dg ibadah.
toleran arti luas,om iwan 🙂
belajar menjadi org nih pak saya heheheheh u.u
setidaknya dimulai dr sekarang
tp kdu nikah doeloee XD
Saya ikut mendo’akan semoga dimudahkan prosesnya.
Tetap semangat, mas Catur 🙂
amin ya alloh… moga babeh cepet nikah 🙂
Mas Catur udah ada 2 orang yg mendoakan di sini lho 🙂
jiaaaaaaaaaahh..kenapa dikomeng sih 😛
aamiin :D….
Komen OOT. Hahaha
jiahaahha..kenapa pada komeng koment saya hehehe…:D..
Masalahnya OOT, mangkanya memancing :p